Memilikimu adalah Harapku yang Ambigu
Iyaaa
Ku inggat sungguh tentang temu dikala itu
Ada candu pada wajahmu
Candu?
Iya, candu yang tak kunjung jadi temu
Antara kau dan aku
Juli bertemu Juli, aku tak perduli!
Setahun lamanya, aku ditikam, dihujat, dicaci maki oleh rasa yang terus menggebu.
Rasa yang tertuju, namun malu.
Mulutku membisu.
Aku berteriak, menjerit memanggil namamu dalam diam.
Seketika kau melantunkan nyanyian asmara pada dia yang kau tunggu-tunggu.
Aku marah.
Aku kecewa, pada diri.
Ahhh,, mungkin aku salah menafsirkan rasa
Tapi tidak!
Rupamu masih bisa ku tatap
Jiwamu pun masih ku genggam
Rapat-rapat
Namamu masih menjadi tema disetiap dongeng-dongeng ceritaku.
Bagiku kau adalah lentera kecil
Menyiramkan cahaya dikala duniaku kian menyuram.
Namun, kau masih saja menganggapku sebagai pujangga.
Tanpa pernah kau tau
Semua yang kutulis tentang kau.
Untukmu yang selalu ku puja
Aku hanya ingin menjadi pelita, bukan api yang membara
Jika dimatamu aku ini insan biasa
Kan ku biarkan kau terbang bebas diangkasa mengintari jagat raya.
Aku akan berusaha sadar dari tidur berkepanjangan
Bahwa memilikimu adalah harapku yang ambigu.
Komentar
Posting Komentar