Mementingkan Popularitas daripada Kualitas
Seiring
dengan perkembangan zaman, perilaku remaja semakin memprihatinkan.
Aturan-aturan yang ada, dilanggar secara bebas. Akibatnya, muncul
tindakan-tindakan kenakalan remaja yang mengerikan dan menakutkan yang
berdampak pula pada perkembangan karya sastra. Dimulai dari tawuran, penggunaan narkoba, seks bebas, dan lain sebagainya. Tindakan kriminal seperti ini secara perlahan akan menghilangkan kualitas diri dalam menghadapi dan menjunjung tinggi nilai-nilai estetika dalam bidang sastra.
Pramoedya Ananta Toer pernah berkata "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". Jika dikaitkan dengan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa remaja dikemudian hari akan hilang dari mata dunia. Sikap, karakter, maupun budi pekerti remaja untuk mengimplementasikan niat dan tekad dalam bidang sastra mulai menghilang. Kehebatan atau kepandaian seperti apapun yang dimiliki oleh setiap individu dewasa ini tidak ada gunanya jika remaja tidak menerapkannya dengan tulis-menulis. Terlebih khusus pada bidang sastra. Karena pada hakikatnya, menulis bisa dikatakan sebagai suatu pekerjaan yang mempekerjakan mental (pikiran) manusia secara terus-menerus. Namun, pernyataan itu dipandang sebelah mata oleh kaum muda (remaja) sekarang ini. Mereka lebih mementingkan popularitas dengan cara yang berdampak negatif bagi kehidupan. Padahal dengan menulis, manusia (remaja) bisa dikenal dunia.
Selain beberapa problematika yang telah disampaikan sebelumnya, tak jarang pula kita menemukan polemik-polemik yang terjadi pada kaum millenial yang notabene aktif dan kreatif dalam menulis.
Zaman
sekarang banyak karya-karya yang tidak bermanfaat. Mereka tidak memikirkan
kualitas, tetapi popularitas. Bagaimana mungkin Indonesia yang dijuluki dengan
Negara Sastrawan, bisa mempertahankan julukan yang sangat membanggakan itu
apabila sastrawan zaman sekarang menerbitkan karya-karyanya yang kurang berkualitas.
Pada era globalisasi sekarang ini, tidak sedikit orang mementingkan popularitas ketimbang kualitas. Baik dalam berekspresi, berkolaborasi, maupun dalam menulis. Jejak-jejak kaki remaja sekarang ini terlebih khusus dalam menghadapi derasnya arus globalisasi mulai menurun. Kualitas diri diukur melalui ketenaran (populer). Hal itu tidak bisa ditoleransi lagi. Memang itu realitanya.
Sekarang ini, banyak sekali para kaum muda yang duduk di bangku yang istimewa. Tak jarang juga kita menemukan polemik-polemik yang menyimpang dari kehidupan sosial masyarakat. Baik melalui perilaku, maupun melalui karya tulis yang dipublikasikan walaupun sebenarnya tulisan itu mengandung makna ambiguitas.
Komentar
Posting Komentar